BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Bahasa
memiliki peranan penting dalam kehidupan, karena selain digunakan sebagaialat
komunikasi secara langsung, bahasa juga dapat digunakan sebagai alat komunikasi
secaratulisan, di zaman era globalisasi dan pembangunan reformasi demokrasi
ini, masyarakatdituntut secara aktif untuk dapat mengawasi dan memahami
infrormasi di segala aspek kehidupan sosial secara baik dan benar, sebagai
bahan pendukung kelengkapan tersebut, bahasa berfungsi sebagai media
penyampaian informasi secara baik dan tepat, dengan penyampaian berita atau
materi secara tertulis, diharapkan masyarakat dapat menggunakanmedia tersebut
secara baik dan benar. Dalam memadukan satu kesepakatan dalam etika berbahasa,
disinilah peran aturan baku tersebut di gunakan, dalam hal ini kita selaku warga
Negara yang baik hendaknya selalu memperhatikan rambu-rambu ketata bahasaan
Indonesiayang baik dan benar. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah sub. materi
dalam ketata bahasaan Indonesia, yang memilik peran yang cukup besar dalam
mengatur etika berbahasasecara tertulis sehingga diharapkan informasi tersebut
dapat di sampaikan dan di fahamisecara komprehensif dan terarah. Dalam
prakteknya diharapkan aturan tersebut dapatdigunakan dalam keseharian
Masyarakat sehingga proses penggunaan tata bahasa Indonesiadapat digunakan
secara baik dan benar.
B. RUMUSAN MASALAH
1.
Apa yang dimaksud dengan pengertian EYD ?
2.
Baagaimana sejarah perkembangan EYD ?
3.
Bagaimana ruang lingkup EYD ?
C. TUJUAN MASALAH
1.
Untuk mengetahui pengertian EYD
2.
Untuk Mengetahui sejarah EYD.
3.
Untukmengetahui Ruang lingkup EYD.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN
Ejaan yang disempurnakan adalah
ejaan bahasa indonesia yang berlaku sejak tahun 1972. Ejaan ini menggantikan
ejaan sebelumnya, Ejaan Republik atau
Ejaan Soewandi.Ejaan adalah seperangkat aturan tentang cara menuliskan bahasa
dengan menggunakan huruf, Kata, dan tanda baca sebagai sarananya. Batasan
tersebut menunjukan pengertian kata ejaan berbeda dengan kata mengeja. Mengeja
adalah kegiatan melafalkan huruf, suku kata, atau kata; sedangkan ejaan adalah
suatu sistem aturan yang jauh lebih luasdari sekedar masalah pelafalan. Ejaan
mengatur keseluruhan caramenuliskan bahasa.
Ejaan
merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasademi keteraturan dan
keseragaman bentuk, terutama dalam bahasa tulis.Keteraturan bentuk akan
berimplikasi pada ketepatan dan kejelasanmakna. Ibarat sedang mengemudi
kendaraan, ejaan adalah rambu lalulintas yang harus dipatuhi oleh setiap
pengemudi. Jika para pengemudimematuhi rambu-rambu yang ada, terciptalah lalu
lintas yang tertib danteratur. Seperti itulah kira-kira bentuk hubungan antara
pemakai bahasa dengan ejaan.
2.2 SEJARAH EJAAN BAHASA INDONESIA
Bahasa Indonesia sebagai bahasa
nasional lahir pada awal tahun dua puluhan. Namun dari segi ejaan, bahasa
indonesia sudah lama memiliki ejaan tersendiri. Berdasarkan sejarah
perkembangan ejaan, sudah mengalami perubahan sistem ejaan, yaitu :
1. Ejaan Van Ophuysen
Ejaan ini mulai berlaku sejak
bahasa Indonesia lahir dalam awal tahun dua puluhan. Ejaan ini merupakan
warisan dari bahasa Melayu yang menjadi dasari bahasa Indonesia.
2. Ejaan Suwandi
Setelah ejaan Van Ophuysen
diberlakukan, maka muncul ejaan yang menggantikan, yaitu ejaan Suwandi. Ejaan
ini berlaku mulai tahun 1947 sampai tahun 1972.
3. Ejaan Yang
Disempurnakan (EYD)
Ejaan
imi mulai berlaku sejak tahun 1972 sampai sekarang. Ejaan ini merupakan
penyempurnaan yang pernah berlaku di Indonesia. Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan (EYD) diterapkan secara resmi mulai tanggal 17 Agustus 1972
dengan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor : 57/1972 tentang peresmian berlakunya
“Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan”. Dengan berlakunya EYD, maka ketertiban
dan keseragaman dalam penulisan bahasa Indonesia diharapkan dapat terwujud dengan baik.
PERUBAHAN
PEMAKAIAN HURUF
DALAM
TIGA EJAAN BAHASA INDONESIA
Ejaan yang Disempurnakan (EYD)
(mulai 16 Agustus 1972)
|
Ejaan Republik
(Ejaan Soewandi)
1947-1972
|
Ejaan Ophuysen
(1901-1947)
|
Khusu
Jumat
Yakni
|
Chusus
Djum’at
Jakni
|
Choesoes
Djoem’at
Ja’ni
|
2.3 RUANG LINGKUP EJAAN YANG DISEMPURNAKAN (EYD)
Ruang lingkup EYD
mencakup lima aspek yaitu (1) pemakaian huruf, (2) penulisan huruf, (3)
penulisan kata, (4) penulisan unsur, dan (5) pemakaian tanda baca. 3)
1) Pemakaian Huruf
Ejaan bahasa Indonesia
Yang Disempurnakan (EYD) dikenal paling banyak menggunakan huruf abjad. Sampai
saat ini jumlah huruf abjad yang digunakan sebanyak 26 buah.
a. Huruf Abjad
Abjad yang
digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia
terdiri atas huruf berikut. Nama setiap huruf disertakan disebelahnya.
Huruf
|
Nama
|
Huruf
|
Nama
|
Huruf
|
Nama
|
A
a
B
b
C
c
D
d
E
e
F
f
G
g
H
h
I
i
|
a
be
ce
de
e
ef
ge
ha
i
|
J
j
K
k
L
l
M
m
N
n
O
o
P
p
Q
q
R
r
|
je
ka
el
em
en
o
pe
ki
er
|
S
s
T
t
U
u
V
v
W
w
X
x
Y
y
Z
z
|
es
te
u
ve
we
eks
ye
zet
|
b. Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa
Indonesia terdiri atas huruf a, e, i, o, dan u.
Huruf Vokal
|
Contoh pemakaian dalam kata
|
||
Di awal
|
Di tengah
|
Di akhir
|
|
A
e
i
o
u
|
api
enak
itu
oleh
ulang
|
padi
petak
simpan
kota
bumi
|
lusa
sore
murni
radio
ibu
|
c. Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam
bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p,
q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.
Huruf konsonan
|
Contoh pemakaian dalam kata
|
||
Di awal
|
Di tengah
|
Di akhir
|
|
B
c
d
f
g
h
j
k
l
m
n
p
q
r
s
t
v
w
x
y
z
|
bahasa
cakap
dua
fakir
guna
hari
jalan
kami
lekas
maka
nama
pasang
Quran
raih
sampai
tali
varia
wanita
xenon
yakin
zeni
|
sebut
kaca
ada
kafan
tiga
saham
manja
paksa
alas
kami
anak
apa
Furqan
bara
asli
mata
lava
hawa
-
payung
lazim
|
adab
-
abad
maaf
balig
tuah
mikraj
politik
kesal
diam
daun
siap
-
putar
lemas
rapat
-
-
-
-
juz
|
d. Huruf Diftong
Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong
yang dilambangkan dengan ai, au, dan oi.
Huruf Diftong
|
Contoh pemakaian dalam kata
|
||
Di awal
|
Di tengah
|
Di akhir
|
|
Ai
au
oi
|
ain
aula
-
|
syaitan
saudara
boikot
|
pandai
harimau
amboi
|
e. Gabungan Huruf Konsonan
Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat
gabungan huruf yang melambangkan konsonan, yaitu :kh, ng, ny, dan
sy.Masing-masing melambangkan satu bunyi konsonan.
Gabungan huruf konsonan
|
Contoh pemakaian dalam kata
|
||
Di awal
|
Di tengah
|
Di akhir
|
|
Kh
ng
ny
sy
|
khusus
ngilu
nyata
syarat
|
akhir
bangun
hanyut
isyarat
|
tarikh
senang
-
arasy
|
2) Penulisan Huruf
Dua
hal yang harus diperhatikan dalam penulisan huruf berdasarkan EYD, yaitu (1)
penulisan huruf besar, dan (2) penulisan huruf miring. Lebih jelasnya dapat
dilihat pada pembahasan berikut :
a. Penulisan Huruf
Besar (Kapital)
Kaidah penulisan huruf besar dapat digunakan
dalam beberapa hal, yaitu :
1) Digunakan
sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat. Misalnya : Dia menulis surat dikamar.
Tugas bahasa Indonesia sudah dikerjakan.
2) Digunakan
sebagai huruf pertama petikan langsung. Misalnya : Ayah bertanya, “Apakah
mahasiswa sudah libur?”. “Kemarin engkau terlambat”, kata ketua tingkat.
3) Digunakan
sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan, kata
ganti Tuhan, dan nama kitab suci. Misalnya : Allah Yang Maha kuasa lagi Maha
penyayang. Terima kasih atas bimbingan-Mu ya Allah.
4) Digunakan
sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan , keturunan, keagamaan yang diikuti
nama orang. Misalnya :Raja Gowa adalah Sultan Hasanuddin. Kita adalah pengikut
Nabi Muhammad saw.
5) Digunakan
sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang,
pengganti nama orang tertentu, nama instansi, dan nama tempat. Misalnya :
·
Wakil Presiden Yusuf Kalla memberi bantuan mobil.
·
Laksamana Muda Udara Abd. Rahman telah
dilantik.
·
Dia diangkat menjadi Sekretaris Jenderal
Depdiknas.
·
Bapak Gubernur Sulawesi Selatan menerima
laporan korupsi.
6) Digunakan
sebagai huruf pertama unsur nama orang. Misalnya : Nurhikmah. Dewi Rasdiana
Jufri.
7) Digunakan
sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan nama bahasa. Misalnya : bangsa
Indonesia, suku Sunda, bahasa Inggris.
8) Digunakan
sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa
sejarah. Misalnya :
tahun
Hijriyah hari Jumat
bulan
Desember
hari Lebaran
Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia
9) Digunakan
sebagai huruf pertama nama geografi unsur nama diri. Misalnya :
Laut Jawa Jazirah Arab
Asia Tenggara
Tanjung Harapan
10) Digunakan
sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintah,
ketatanegaraan, dan nama dokumen resmi, kecuali terdapat kata penghubung. Misalnya
: Republik Indonesia. Majelis Permusyawaratan Rakyat.
11) Digunakan
sebagai huruf pertama penunjuk kekerabatan atau sapaan dan pengacuan. Misalnya
: Surat Saudara sudah saya terima. Mereka pergi ke rumah Pak Lurah.
12) Digunakan
sebagai huruf pertama kata ganti Anda. Misalnya : Surat Anda telah saya balas. Sudahkah
Anda sholat?.
13) Digunakan
sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat dan sapaan. Misalnya
: Dr. doctor S.H. sarjana hokum.
14) Digunakan
sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada
nama badan lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi. Misalnya
: Perserikatan Bangsa-Bangsa. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia.
15) Digunakan
sebagai huruf pertama semua kata di dalam judul, majalah, surat kabar, dan karangan ilmiah lainnya, kecuali kata depan
dan kata penghubung. Misalnya : Bacalah majalah Bahasa dan Sastra. Ia
menyelesaikan makalah “Asas-Asas Hukum Perdata”.
b. Penulisan Huruf
Miring
Huruf miring digunakan untuk :
1)
Menuliskan nama buku, majalah, dan surat
kabar yang dikutip dalam tulisan. Misalnya : Buku Negarakertagama karangan Prapanca. Majalah Suara Hidayatullah sedang dibaca. Surat kabar Pedoman Rakyat akan
dibeli.
2)
Menegaskan dan mengkhususkan huruf,
bagian kata, kata, dan kelompok kata.
Misalnya : Huruf pertama kata abad adalah a. Dia bukan menipu, tetapi
ditipu. Buatlah kalimat dengan kata lapang dada.
3)
Menuliskan kata nama ilmiah atau
ungkapan asing. Misalnya :
Politik
devideet et impera pernah merajalela di Indonesia.
3) Penulisan Kata
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam penulisan kata, yaitu :
1. Kata
Dasar
Kata
dasar adalah kata yang belum mengalami perubahan bentuk, yang ditulis sebagai
suatu
kesatuan. Misalnya : Dia teman baik saya.
2. Kata
Turunan (Kata berimbuhan)
Kaidah
yang harus diikuti dalam penulisan kata turunan, yaitu :
•
Imbuhan semuanya ditulis serangkai
dengan kata dasarnya. Misalnya : membaca, ketertiban, terdengar dan memasak.
•
Awalan dan akhrian ditulis serangkai
dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya jika bentuk dasarnya
berupa gabungan kata. Misalnya : bertepuk tangan, sebar luaskan.
•
Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata dan
sekaligus mendapat awalan dan akhiran, kata itu ditulis serangkai. Misalnya :
menandatangani, keanekaragaman.
•
Jika salah satu unsur gabungan kata
hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai. Misalnya :
antarkota, mahaadil, subseksi, prakata.
3. Kata
Ulang
Kata
ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda (-). Jenis-jenis kata ulang
yaitu
:
·
Dwipurwa yaitu pengulangan suku kata
awal. Misalnya : laki lelaki
·
Dwilingga yaitu pengulangan utuh atau
secara keseluruhan. Misalnya : rumah rumah-rumah
·
Dwilingga salin suara yaitu pengulangan
variasi fonem. Misalnya : sayur sayur-mayur
·
Pengulangan berimbuhan yaitu pengulangan
yang mendapat imbuhan. Misalnya : main bermain-main
4. Gabungan
Kata
•
Gabungan kata lazim disebut kata
majemuk, termasuk istilah khusus.
Bagian-bagiannya pada umumnya ditulis terpisah. Misalnya : mata kuliha, orang
tua.
•
Gabungan kata, termasuk istilah khusus
yang menimbulkan kemungkinan salah baca saat diberi tanda hubung untuk
menegaskan pertalian di antara unsur bersangkutan. Misalnya : ibu-bapak,
pandang-dengar.
•
Gabugan kata yang sudah dianggap sebgai
satu kata ditulis serangkai. Misalnya : daripada, sekaligus, bagaimana,
barangkali.
5. Kata
Ganti (ku, mu, nya, kau)
Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai
dengan kata yang mengikutinya. Sedangkan kata ganti ku,mu, nya ditulis
serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya : kubaca, kaupinjam, bukuku,
tasmu, sepatunya.
6. Kata
Depan (di, ke, dari)
Kata depan di, ke, dan dari ditulis
terpisah dengan kata yang mengikutinya, kecuali pada gabungan kata yang
dianggap padu sebagai satu kata, seperti kepada dan daripada. Misalnya : Jangan
bermian di jalan. Saya pergi ke kampung halaman. Dewi baru pulang dari kampus.
7. Kata
Sandang (si dan sang)
Kata si dan sang ditulis terpisah dari
kata yang mengikutinya. Misalnya : Nama si pengrimi surat tidak jelas. Anjing
bermusuhan dengan sang kucing.
8. Partikel
Partikel merupakan kata tugas yang
mempunyai bentuk yang khusus, yaitu sangat ringkas atau kecil dengan mempunyai
fungsi-fungsi tertentu. Kaidah penulisan partikel sebagai berikut :
•
Partikel –lah, -kah, dan –tah ditulis
serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya : Bacalah buku itu
baik-baik!. Apakah yang dipelajari minggu lalu?. Apatah gerangan salahku?
•
Partikel pun ditulis terpisah dari kata
yang mendahuluinya kecuali yang dianggap sudah menyatu. Misalnya : Jika ayah
pergi, ibu pun ikut pergi.
•
Partikel per yang berarti memulai, dari
dan setiap. Partikel per ditulis terpisah dengan bagian-bagian kalimat yang
mendampinginya. Misalnya : Rapor siswa dilihat per semester.
9. Singkatan
dan Akronim
•
Singkatan adalah nama bentuk yang
dipendekkan yang terdiri atas satu kata atau lebih. Misalnya : dll = dan
lain-lain. yth = yang terhormat
•
Akronim adalah singkatan yang berupa
gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata
dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata. Misalnya : SIM = Surat Izin
Mengemudi. IKIP = Institut Keguruan dan Ilmu pendidikan.
4. Angka
dan Lambang Bilangan
Dalam bahasa Indonesia ada dua macam angka yang
lazim digunakan , yaitu : (1) Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10,
dan (2) Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X. Lambang
bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut :
1) Bilangan utuh. Misalnya : 15. lima belas
2) Bilangan pecahan. Misalnya : ¾. tiga
perempat
3) Bilangan tingakt. Misalnya : Abad II. Abad
ke-2
4) Kata bilagan yang mendapat akhiran –an. Misalnya
: tahun 50-an lima puluhan
5) Angka yang mneyatakan bilagnan bulat yang besar
dapat dieja sebagian supaya
mudah dibaca. Misalnya : Sekolah itu baru
mendapat bantuan 210 juta rupiah.
6)
Lambang bilangan letaknya pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Kalau perlu
diupayakan supaya tidak diletakkan di awal
kalimat dengan mengubah struktur
kalimatnya dan maknanya sama. Misalnya :
Dua puluh lima siswa SMA tidak lulus.
(benar) 55 siswa SMA 1 tidak lulus.
(salah)
7) Lambang bilangan yang dapat dinyatakan
dengan satu atau dua kata ditulis dengan
huruf, kecuali beberapa dipakai secara
berurutan seperti dalam perincian atau
pemaparan. Misalnya : Amir menonton
pertunjukan itu selama dua kali.
5. Penulisan
Unsur Serapan
Dalam hal
penulisan unsur serapan dalam bahasa
Indonesia, sebagian ahli bahasa Indonesia menganggap belum stabil dan
konsisten. Dikatakan demikian karena pemakai bahasa Indonesia sering begitu
saja menyerap unsur asing tanpa memperhatikan aturan, situasi, dan kondisi yang
ada. Pemakai bahasa seenaknya menggunakan kata asing tanpa memproses sesuai
dengan aturan yang telah diterapkan.
Penyerapan
unsur asing dalam pemakaian bahasa indonesia dibenarkan, sepanjang : (a) konsep
yang terdapat dalam unsur asing itu tidak ada dalam bahasa Indonesia, dan (b)
unsur asing itu merupakan istilah teknis sehingga tidak ada yang layak mewakili
dalam bahasa Indonesia, akhirnya dibenarkan, diterima, atau dipakai dalam
bahasa Indonesia. sebaliknya apabila dalam bahasa Indonesia sudah ada unsur
yang mewakili konsep tersebut, maka penyerapan unsur asing itu tidak perlu
diterima.
Menerima
unsur asing dalam perbendaharaan bahasa Indonesia bukan berarti bahasa Indonesia ketinggalan
atau miskin kosakata. Penyerapan unsur serapan asing merupakan hal yang biasa,
dianggap sebagai suatu variasi dalam penggunaan bahasa Indonesia. Hal itu
terjadi karena setiap bahasa mendukung kebudayaan pemakainya. Sedangkan
kebudayaan setiap penutur bahasa berbeda-beda anatar satu dengan yang lain.
Maka dalam hal ini dapat terjadi saling mempengaruhi yang biasa disebut
akulturasi. Sebagai contoh dalam masyarakat penutur bahasa Indonesia tidak
mengenal konsep “radio” dan “televisi”, maka diseraplah dari bahasa asing
(Inggris). Begitu pula sebaliknya, di Inggris tidak mengenal adanya konsep
“bambu” dan “sarung”, maka mereka menyerap bahasa Indonesia itu dalam bahasa Inggris.
Berdasarkan
taraf integritasnya, unsur serapan dalam bahasa Indonesia dikelompokkan dua
bagian, yaitu :
1.
Secara adopsi, yaitu apabila unsur asing
itu diserap sepenuhnya secara utuh, baik tulisan maupun ucapan, tidak mengalami
perubahan. Contoh yang tergolong secara adopsi, yaitu : editor, civitas
academica, de facto, bridge.
2.
Secara adaptasi, yaitu apabila unsur
asing itu sudah disesuaikan ke dlaam kaidah bahasa Indonesia, baik
pengucapannya maupun penulisannya. Salah satu contoh yang tergolong secara
adaptasi, yaitu : ekspor, material, sistem, atlet, manajemen, koordinasi,
fungsi.
6.
Pemakaian Tanda Baca
1. Tanda
Titik (.)
Penulisan tanda titik di pakai pada :
•
Akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau
seruan
•
Akhir singkatan nama orang.
•
Akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat,
dan sapaan.
•
Singkatan atau ungkapan yang sudah
sangat umum.Bila singkatan itu terdiri atas tiga hurus atau lebih dipakai satu
tanda titik saja.
•
Dipakai untuk memisahkan bilangan atau kelipatannya.
•
Memisahkan angka jam, menit, dan detik
yang menunjukkan waktu.
•
Dipakai di belakang angka atau huruf
dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.
•
Tidak dipakai pada akhir judulyang
merupakan kepala karangan atau ilustrasi
dan tabel.
2. Tanda
koma (,)
Kaidah penggunaan tanda koma (,)
digunakan :
•
Antara unsur-unsur dalam suatu perincian
atau pembilangan.
•
Memisahkan kalimat setara yang satu dari
kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata tetapi atau melainkan.
•
Memisahkan anak kalimat atau induk
kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
•
Digunakan dibelakang kata atau ungkapan
penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk kata : (1) Oleh karena itu, (2)
Jadi, (3) lagi pula, (4) meskipun begitu, dan (5) akan tetapi.
•
Digunakan untuk memisahkan kata seperti
: o, ya, wah, aduh, dan kasihan.
•
Memisahkan petikan langsung dari bagian
lain dalam kalimat.
•
Dipakai diantara : (1) nama dan alamat, (2) bagina-bagian
alamat, (3) tempat dan tanggal, (4) nama
dan tempat yang ditulis secara berurutan.
•
Dipakai di muka angka persepuluhan atau
di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.
•
Dipakai antara nama orang dan gelar
akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri,
keluarga, atau marga.
•
Menghindari terjadinya salah baca di
belakang keterangan yang terdapat pada
awal kalimat.
•
Dipakai di antara bagian nama yang
dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
•
Dipakai untuk mengapit keterangan
tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
•
Tidak dipakai untuk memisahkan petikan
langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan
langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau seru.
3. Tanda
Titik Tanya ( ? )
Tanda tanya dipakai pada :
•
Akhir kalimat tanya.
•
Dipakai di dalam tanda kurung untuk
menyatakan bagian kalimat yang diragukan atau kurang dapat dibuktikan
kebenarannya.
4. Tanda
Seru ( ! )
Tanda seru dugunakan sesudah ungkapan
atau pertanyaan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan
kseungguhan, ketidakpercayaan, dan rasa emosi yang kuat.
5. Tanda
Titik Koma ( ; )
Tanda titik koma dipakai :
•
Memisahkan bagian-bagian kalimat yang
sejenis dan setara.
•
Memisahkan kalimat yang setara dalam
kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
6. Tanda
Titik Dua ( : )
Tanda titik dua dipakai :
•
Sesudah kata atau ungkapan yang
memerlukan pemberian.
•
Pada akhir suatu pertanyaan lengkap bila
diikuti rangkaian atau pemerian.
•
Di dalam teks drama sesudah kata yang
menunjukkan pelaku dalam percakapan .
•
Di antara jilid atau nomor dan halaman.
•
Di antara bab dan ayat dalam kitab suci.
•
Di antara judul dan anak judul suatu
karangan.
•
Tidak dipakai apabila rangkaian atau pemerian
itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
7. Tanda
Elipsis (…)
Tanda ini menggambarkan kalimat-kalimat
yang terputus-putus dan menunjukkan bahwa dalam suatu petikan ada bagian yang
dibuang. Jika yang dibuang itu di akhir kalimat, maka dipakai empat titik
dengan titik terakhir diberi jarak atau loncatan.
8. Tanda
Garis Miring ( / )
Tanda garis miring ( / ) di pakai :
•
Dalam penomoran kode surat.
•
Sebagai pengganti kata dan,atau, per,
atau nomor alamat.
9. Tanda Penyingkat
atau Apostrof ( ‘)
Tanda penyingkat menunjukkan
penghilangan sebagian huruf.
10. Tanda
Petik Tunggal ( ‘…’ )
Tanda petik tunggal dipakai :
•
Mengapit petikan yang tersusun di dalam
petikan lain.
•
Mengapit terjemahan atau penjelasan kata
atau ungkapan asing.
11. Tanda
Petik ( “…” )
Tanda petik dipakai :
•
Mengapit kata atau bagian kalimat yang
mempunyai arti khusus, kiasan atau yang belum dikenal.
•
Mengapit judul karangan, sajak, dan bab
buku, apabila dipakai dalam kalimat.
•
Mengapit petikan langsung yang berasal
dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
1. Pengertian EYD
Ejaan yang disempurnakan adalah ejaan
bahasa indonesia yang berlaku sejak tahun 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan
sebelumnya, Ejaan Republik atau Ejaan
Soewandi. Ejaan adalah seperangkat aturan tentang cara menuliskan bahasa dengan
menggunakan huruf, kata, dan tanda baca sebagai sarananya. Batasan tersebut
menunjukan pengertian kata ejaan berbeda dengan kata mengeja.
Mengeja adalah kegiatan
melafalkan huruf, suku kata, atau kata; sedangkan ejaan adalah suatu sistem
aturan yang jauh lebih luasdari sekedar masalah pelafalan. Ejaan mengatur
keseluruhan cara menuliskan bahasa.
2. Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia
Berdasarkan sejarah
perkembangan ejaan, sudah tiga kali mengalami perubahan sistem ejaan, yaitu :
a) Ejaan
Van Ophuysen : Ejaan ini mulai berlaku sejak bahasa Indonesia lahir dalam awal
tahun dua puluhan. Ejaan ini merupakan warisan dari bahasa Melayu yang menjadi
dasar bahasa Indonesia.
b) Ejaan
Suwandi : Setelah ejaan Van Ophuysen diberlakukan, maka muncul ejaan yang
menggantikan, yaitu ejaan Suwandi. Ejaan ini berlaku mulai tahu 1947-1972.
c) Ejaan
Yang Disempurnakan (EYD) : Ejaan ini mulai berlaku sejak tahun 1972 sampai
sekarang. Ejaan ini merupakan penyempurnaan dari seluruh ejaan sebelumnya yang
pernah berlaku di Indonesia.
PERUBAHAN
PEMAKAIAN HURUF
DALAM
TIGA EJAAN BAHASA INDONESIA
Ejaan yang Disempurnakan (EYD)
(mulai 16 Agustus 1972)
|
Ejaan Republik
(Ejaan Soewandi)
1947-1972
|
Ejaan Ophuysen
(1901-1947)
|
Khusu
Jumat
Yakni
|
Chusus
Djum’at
Jakni
|
Choesoes
Djoem’at
Ja’ni
|
3. Ruang Lingkup Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
a)
Pemakaian Kata
b)
Penulisan Huruf
c)
Penulisan Kata
d)
Penulisan Unsur Serapan
e)
Penulisan Tanda Baca
Tidak ada komentar:
Posting Komentar