1. Definisi Dan Pengertian Komunikasi
Efektif
Komunikasi
efektif yaitu komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan sikap (attitude
change) pada orang lain yang bisa terlihat dalam proses komunikasi. Tujuan
Komunikasi Efektif
Tujuan dari Komunikasi Efektif sebenarnya adalah memberi kan kemudahan dalam memahami pesan yang disampaikan antara pemberi informasi dan penerima informasi sehingga bahasa yang digunakan oleh pemberi informsi lebih jelas dan lengkap, serta dapat dimengerti dan dipahami dengan baik oleh penerima informasi, atau komunikan. tujuan lain dari Komunikasi Efektif adalah agar pengiriman informasi dan umpan balik atau feed back dapat seinbang sehingga tidak terjadi monoton. Selain itu komunikasi efektif dapat melatih penggunaan bahasa nonverbal secara baik.
Tujuan dari Komunikasi Efektif sebenarnya adalah memberi kan kemudahan dalam memahami pesan yang disampaikan antara pemberi informasi dan penerima informasi sehingga bahasa yang digunakan oleh pemberi informsi lebih jelas dan lengkap, serta dapat dimengerti dan dipahami dengan baik oleh penerima informasi, atau komunikan. tujuan lain dari Komunikasi Efektif adalah agar pengiriman informasi dan umpan balik atau feed back dapat seinbang sehingga tidak terjadi monoton. Selain itu komunikasi efektif dapat melatih penggunaan bahasa nonverbal secara baik.
Menurut
Mc. Crosky Larson dan Knapp mengatakan bahwa komunikasi yang efektif dapat
dicapai dengan mengusahakan ketepatan (accuracy) yang paling tinggi derajatnya
antara komunikator dan komunikan dalam setiap komunikasi. Komunikasi yang lebih
efektif terjadi apabila komunikator dan komunikan terdapat persamaan dalam
pengertian, sikap dan bahasa. Komunikasi dapat dikatakan efektif apa bila
komunikasi yang dilakukan dimana :
1. Pesan dapat diterima dan dimengerti serta dipahami sebagaimana yang
dimaksud oleh pengirimnya.
2. Pesan yang disampaikan oleh pengirim dapat disetujui oleh penerima
dan ditindaklanjuti dengan perbuatan yang diminati oleh pengirim.
3. Tidak ada hambatan yang berarti untuk melakukan apa yang seharusnya
dilakukan untuk menindaklanjuti pesan yang dikirim.
Komunikasi
merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku danmemungkinkan individu
untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya. Menurut Potter dan
Perry (1993), komunikasi terjadi pada tiga tingkatan yaitu intrapersonal,
interpersonal dan publik. Makalah ini difokuskan pada komunikasi interpersonal
yang terapeutik. Komunikasi interpersonal adalah interaksi yang terjadi antara
sedikitnya dua orang atau dalam kelompok kecil, terutama dalam keperawatan.
Komunikasi interpersonal yang sehat memungkinkan penyelesaian masalah, berbagai
ide, pengambilan keputusan, dan pertumbuhan personal.
B. Unsur-unsur komunikasi
Unsur - unsur
komunikasi yaitu :
- Komunikator / pengirim / sender . Merupakan orang yang menyampaikan isi pernyataannya kepada komunikan . Komunikator bisa tunggal , kelompok , atau organisasi pengirim berita . Komunikator bertanggung jawab dalam hal mengirim berita dengan jelas , memilih media yang ocok untuk menyampaikan pesan tersebut , dan meminta kejelasan apakah pesan telah diterima dengan baik . Untuk itu , seorang komunikator dalam menyampaikan pesan atau informasi harus memperhatikan dengan siapa dia berkomunikasi , apa yang akan dia sampaikan , dan bagaimana cara menyampaikannya .
- Komunikan / penerima / receiver .
Merupakan penerima pesan atau berita yang disampaikan
oleh komunikator . Dalam proses komunikasi , penerima pesan bertanggung jawab
untuk dapat mengerti isi pesan yang disampaikan dengan baik dan benar .
Penerima pesan juga memberikan umpan balik kepada pengirim pesan untuk
memastikan bahwa pesan telah diterima dan dimengerti secara sempurna .
- Saluran / media / channel . Merupakan saluran atau jalan yang dilalui oleh isi pernyataan komunikator kepada komunikan dan sebaliknya . Pesan dapat berupa kata - kata atau tulisan , tiruan , gambaran atau perantara lain yang dapat digunakan untuk mengirim melalui berbagai channel yang berbeda seperti telepon , televisi , fax , photo copy , email , sandi morse , semaphore , sms , dan sebagainya . Pemilihan channel dalam proses komunikasi tergantung pada sifat berita yang akan disampaikan ( Wursanto , 1994 ) .
Unsur-unsur Komunikasi
Untuk dapat
berkomunikasi secara efektif kita perlu memahami unsur-unsur komunikasi, antara
lain:
1. Komunikator.
Pengirim (sender) yang mengirim
pesan kepada komunikan dengan menggunakan media tertentu. Unsur yang sangat
berpengaruh dalam komunikasi, karena merupakan awal (sumber) terjadinya suatu
komunikasi.
2. Komunikan
Penerima (receiver) yang menerima
pesan dari komunikator, kemudian memahami, menerjemahkan dan akhirnya memberi
respon.
3. Media
Saluran (channel) yang digunakan
untuk menyampaikan pesan sebagai sarana berkomunikasi. Berupa bahasa verbal
maupun non verbal, wujudnya berupa ucapan, tulisan, gambar, bahasa tubuh,
bahasa mesin, sandi dan lain sebagainya
4. Pesan.
Isi komunikasi berupa pesan (message) yang disampaikan oleh Komunikator kepada Komunikan. Kejelasan pengiriman dan penerimaan pesan sangat berpengaruh terhadap kesinambungan komunikasi
Isi komunikasi berupa pesan (message) yang disampaikan oleh Komunikator kepada Komunikan. Kejelasan pengiriman dan penerimaan pesan sangat berpengaruh terhadap kesinambungan komunikasi
5. Tanggapan.
Merupakan dampak (effect) komunikasi sebagai respon atas penerimaan pesan. Diimplentasikan dalam bentuk umpan balik (feed back) atau tindakan sesuai dengan pesan yang diterima.
Merupakan dampak (effect) komunikasi sebagai respon atas penerimaan pesan. Diimplentasikan dalam bentuk umpan balik (feed back) atau tindakan sesuai dengan pesan yang diterima.
C. Jenis-jenis komunikasi
Menurut Potter dan Perry (1993),
Swansburg (1990), Szilagyi (1984), dan Tappen (1995) ada tiga jenis komunikasi
yaitu verbal, tertulisa dan non-verbal yang dimanifestasikan secara terapeutik.
1. KOMUNIKASI VERBAL
Jenis
komunikasi yang paling lazim digunakan dalam pelayanan keperawatan di rumah
sakit adalah pertukaran informasi secara verbal terutama pembicaraan dengan
tatap muka. Komunikasi verbal biasanya lebih akurat dan tepat waktu. Katakata
adalah alat atau simbol yang dipakai untuk mengekspresikan ide atau perasaan,
membangkitkan respon emosional, atau menguraikan obyek, observasi dan ingatan.
Sering juga untuk menyampaikan arti yang tersembunyi, dan menguji minat
seseorang. Keuntungan komunikasi verbal dalam tatap muka yaitu memungkinkan
tiap individu untuk berespon secara langsung. Komunikasi Verbal yang efektif
harus:
a.Jelas dan ringkas
Komunikasi
yang efektif harus sederhana, pendek dan langsung. Makin sedikit kata-kata yang
digunakan makin kecil kemungkinan terjadinya kerancuan. Kejelasan dapat dicapai
dengan berbicara secara lambat dan mengucapkannya dengan jelas. Penggunaan
contoh bisa membuat penjelasan lebih mudah untuk dipahami. Ulang bagian yang
penting dari pesan yang disampaikan. Penerimaan pesan perlu mengetahui apa,
mengapa, bagaimana, kapan, siapa dan dimana. Ringkas, dengan menggunakan
kata-kata yang mengekspresikan ide secara sederhana. Contoh: “Katakan pada saya
dimana rasa nyeri anda” lebih baik daripada “saya ingin anda menguraikan kepada
saya bagian yang anda rasakan tidak enak.”
b.Perbendaharaan Kata
Komunikasi
tidak akan berhasil, jika pengirim pesan tidak mampu menerjemahkan kata dan
ucapan. Banyak istilah teknis yang digunakan dalam keperawatan dan kedokteran,
dan jika ini digunakan oleh perawat, klien dapat menjadi bingung dan tidak
mampu mengikuti petunjuk atau mempelajari informasi penting. Ucapkan pesan
dengan istilah yang dimengerti klien. Daripada mengatakan “Duduk, sementara
saya akan mengauskultasi paru-paru anda” akan lebih baik jika dikatakan
“Duduklah sementara saya mendengarkan paru-paru Anda”.
c.Arti denotatif dan konotatif
Arti denotatif
memberikan pengertian yang sama terhadap kata yang digunakan, sedangkan arti
konotatif merupakan pikiran, perasaan atau ide yang terdapat dalam suatu kata.
Kata serius dipahami klien sebagai suatu kondisi mendekati kematian, tetapi
perawat akan menggunakan kata kritis untuk menjelaskan keadaan yang mendekati
kematian. Ketika berkomunikasi dengan klien, perawat harus hati-hati memilih
kata-kata sehingga tidak mudah untuk disalah tafsirkan, terutama sangat penting
ketika menjelaskan tujuan terapi, terapi dan kondisi klien.
d.Selaan dan kesempatan berbicara
Kecepatan dan
tempo bicara yang tepat turut menentukan keberhasilan komunikasi verbal. Selaan
yang lama dan pengalihan yang cepat pada pokok pembicaraan lain mungkin akan
menimbulkan kesan bahwa perawat sedang menyembunyikan sesuatu terhadap klien.
Perawat sebaiknya tidak berbicara dengan cepat sehingga kata-kata tidak jelas.
Selaan perlu digunakan untuk menekankan pada hal tertentu, memberi waktu kepada
pendengar untuk mendengarkan dan memahami arti kata. Selaan yang tepat dapat
dilakukan denganmemikirkan apa yang akan dikatakan sebelum mengucapkannya,
menyimak isyarat nonverbal dari pendengar yang mungkin menunjukkan. Perawat
juga bisa menanyakan kepada pendengar apakah ia berbicara terlalu lambat atau
terlalu cepat dan perlu untuk diulang.
e.Waktu dan relevansi
Waktu yang
tepat sangat penting untuk menangkap pesan. Bila klien sedang menangis
kesakitan, tidak waktunya untuk menjelaskan resiko operasi. Kendatipun pesan
diucapkan secara jelas dan singkat, tetapi waktu tidak tepat dapat menghalangi
penerimaan pesan secara akurat. Oleh karena itu, perawat harus peka terhadap
ketepatan waktu untuk berkomunikasi. Begitu pula komunikasi verbal akan lebih
bermakna jika pesan yang disampaikan berkaitan dengan minat.
f.Humor
Dugan (1989)
mengatakan bahwa tertawa membantu pengurangi ketegangan dan rasa sakit yang
disebabkan oleh stres, dan meningkatkan keberhasilan perawat dalam memberikan
dukungan emosional terhadap klien. Sullivan dan Deane (1988) melaporkan bahwa
humor merangsang produksi catecholamines dan hormon yang menimbulkan perasaan
sehat, meningkatkan toleransi terhadap rasa sakit, mengurangi ansietas,
memfasilitasi relaksasi pernapasan dan menggunakan humor untuk menutupi rasa
takut dan tidak enak atau menutupi ketidak mampuannya untuk berkomunikasi
dengan klien.
2.KOMUNIKASI NON-VERBAL
Komunikasi
non-verbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan katakata. Merupakan cara
yang paling meyakinkan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain. Perawat
perlu menyadari pesan verbal dan non-verbal yang disampaikan klien mulai dari
saat pengkajian sampai evaluasi asuhan keperawatan, karena isyarat non-verbal
menambah arti terhadap pesan verbal. Perawat yang mendektesi suatu kondisi dan
menentukan kebutuhan asuhan keperawatan.
Komunikasi non-verbal teramati
pada:
a.Metakomunikasi
Komunikasi
tidak hanya tergantung pada pesan tetapi juga pada hubungan antara pembicara
dengan lawan bicaranya. Metakomunikasi adalah suatu komentar terhadap isi
pembicaraan dan sifat hubungan antara yang berbicara, yaitu pesan di dalam
pesan yang menyampaikan sikap dan perasaan pengirim terhadap pendengar. Contoh:
tersenyum ketika sedang marah.
b.Penampilan Personal
Penampilan
seseorang merupakan salah satu hal pertama yang diperhatikan selama komunikasi
interpersonal. Kesan pertama timbul dalam 20 detik sampai 4 menit pertama.
Delapan puluh empat persen dari kesan terhadap seseOrang berdasarkan
penampilannya (Lalli Ascosi, 1990 dalam Potter dan Perry, 1993). Bentuk fisik,
cara berpakaian dan berhias menunjukkan kepribadian, status sosial, pekrjaan,
agama, budaya dan konsep diri. Perawat yang memperhatikan penampilan dirinya
dapat menimbulkan citra diri dan profesional yang positif. Penampilan fisik
perawat mempengaruhi persepsi klien terhadap pelayanan/asuhan keperawatan yang
diterima, karena tiap klien mempunyai citra bagaimana seharusnya penampilan
seorang perawat. Walaupun penampilan tidak sepenuhnya mencerminkan kemampuan
perawat, tetapi mungkin akan lebih sulit bagi perawat untuk membina rasa
percaya terhadap klien jika perawat tidak memenuhi citra klien.
c.Intonasi (Nada Suara)
Nada suara
pembicara mempunyai dampak yang besar terhadap arti pesan yang dikirimkan,
karena emosi seseorang dapat secara langsung mempengaruhi nada suaranya.
Perawat harus menyadari emosinya ketika sedang berinteraksi dengan klien,
karena maksud untuk menyamakan rsa tertarik yang tulus terhadap klien dapat
terhalangi oleh nada suara perawat.
d.Ekspresi wajah
Hasil suatu
penelitian menunjukkan enam keadaan emosi utama yang tampak melalui ekspresi
wajah: terkejut, takut, marah, jijik, bahagia dan sedih. Ekspresi wajah sering
digunakan sebagai dasar penting dalam menentukan pendapat interpesonal. Kontak
mata sangat penting dalam komunikasi interpersonal. Orang yang mempertahankan
kontak mata selama pembicaraan diekspresikan sebagai orang yang dapat
dipercaya, dan memungkinkan untuk menjadi pengamat yang baik. Perawat sebaiknya
tidak memandang ke bawah ketika sedang berbicara dengan klien, oleh karena itu
ketika berbicara sebaiknya duduk sehingga perawat tidak tampak dominan jika
kontak mata dengan klien dilakukan dalam keadaan
sejajar.
e.Sikap tubuh dan langkah
e.Sikap tubuh dan langkah
Sikap tubuh
dan langkah menggambarkan sikap; emos, konsep diri dan keadaan fisik. Perawat
dapat mengumpilkan informasi yang bermanfaat dengan mengamati sikap tubuh dan
langkah klien. Langkah dapat dipengaruhi oleh faktor fisik seperti rasa sakit,
obat, atau fraktur.
f.Sentuhan
Kasih sayang,
dudkungan emosional, dan perhatian disampaikan melalui sentuhan. Sentuhan
merupakan bagian yang penting dalam hubungan perawat-klien, namun harus
mnemperhatikan norma sosial. Ketika membrikan asuhan keperawatan, perawat
menyentuh klien, seperti ketika memandikan, melakukan pemeriksaan fisik, atau
membantu memakaikan pakaian. Perlu disadari bahwa keadaan sakit membuat klien
tergantung kepada perawat untuk melakukan kontak interpersonal sehingga sulit
untuk menghindarkan sentuhan. Bradley & Edinburg (1982) dan Wilson &
Kneisl (1992) menyatakan bahwa walaupun sentuhan banyak bermanfaat ketika
membantu klien, tetapi perlu diperhatikan apakah penggunaan sentuhan dapat
dimengerti dan diterima oleh klien, sehingga harus dilakukan dengan kepekaan
dan hati-hati. Komunikasi terapeutik sebagai tanggung jawab perawat, yakni
perawat harus memiliki tanggung jawab moral yang tinggi yang didasari atas
sikap peduli dan penuh kasih sayang, serta perasaan ingin membantu orang lain
untuk tumbuh dan berkembang. Addalati (1983), Bucaille (1979) dan Amsyari
(1995) menambahkan bahwa sebagai seorang beragama, perawat tidak dapat bersikap
tidak perduli terhadap ornag lain adalah seseorang pendosa yang mementingkan
dirinya sendiri. Selanjutnya Pasquali & Arnold (1989) dan Watson (1979)
menyatakan bahwa
“human care” terdiri dari upaya
untuk melindungi, meningkatkan, dan menjaga/mengabdikan rasa kemanusiaan dengan
membantu orang lain mencari arti dalam sakit, penderitaan, dan keberadaanya:
membantu orang lain untuk meningkatkan pengetahuan dan pengendalian diri,
“Sesungguhnya setiap orang diajarkan oleh Allah untuk menolong sesama yang
memrlukan bantuan”. Perilaku menolong sesama ini perlu dilatih dan dibiasakan,
sehingga akhirnya menjadi bagian dari kepribadian.
3.TEHNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK
Tiap klien
tidak sama oleh karena itu diperlukan penerapan tehnik berkomunikasi yang
berbeda pula. Tehnik komunikasi berikut ini, treutama penggunaan referensi dari
Shives (1994), Stuart & Sundeen (1950) dan Wilson & Kneisl (1920),
yaitu:
1. Mendengarkan dengan penuh
perhatian
Berusaha
mendengarkan klien menyampaikan pesan non-verbal bahwa perawat perhatian
terhadap kebutuhan dan masalah klien. Mendengarkan dengan penuh perhatian
merupakan upaya untuk mengerti seluruh pesan verbal dan non-verbal yang sedang
dikomunikasikan. Ketrampilan mendengarkan sepenuh perhatian adalah dengan:
a) Pandang
klien ketika sedang bicara
b) Pertahankan
kontak mata yang memancarkan keinginan untuk mendengarkan.
c) Sikap
tubuh yang menunjukkan perhatian dengan tidak menyilangkan kaki atau
tangan.
d) Hindarkan
gerakan yang tidak perlu.
e) Anggukan
kepala jika klien membicarakan hal penting atau memerlukan umpan balik.
f) Condongkan
tubuh ke arah lawan bicara.
D. Fungsi komunikasi
Fungsi Komunikasi
- Membangun Konsep Diri (Establishing Self-Concept)
- Eksistensi Diri (Self Existence)
- Kelangsungan Hidup (Live Continuity)
- Memperoleh Kebahagiaan (Obtaining Happiness)
- Terhindar dari Tekanan dan Ketegangan (Free from Pressure and Stress)
- Membangun Konsep Diri (Establishing Self-Concept)
- Eksistensi Diri (Self Existence)
- Kelangsungan Hidup (Live Continuity)
- Memperoleh Kebahagiaan (Obtaining Happiness)
- Terhindar dari Tekanan dan Ketegangan (Free from Pressure and Stress)
William I. Gorden,
Communication : Personal and Public,1978
1.
Fungsi informasi. Untuk memberitahukan sesuau (pesan) kepada
pihak tertentu, dengan maksud agar komunikan dapat memahaminya.
2.
Fungsi ekspresi. Sebagai wujud ungkapan perasaan / pikiran komunikator
atas apa yang dia pahami terhadap sesuatu hal atau permasalahan.
3.
Fungsi kontrol. Menghindari terjadinya sesuatu yang tidak
diinginkan, dengan memberi pesan berupa perintah, peringatan, penilaian dan
lain sebagainya.
4.
Fungsi sosial. Untuk keperluan rekreatif dan keakraban hubungan
di antara komunikator dan komunikan.
5.
Fungsi ekonomi. Untuk keperluan transaksi usaha (bisnis) yang
berkaitan dengan finansial, barang dan jasa.
Banyak manfaat
yang dapat peroleh dengan berkomunikasi secara baik dan efektif, di antaranya
adalah:
1.
Tersampaikannya gagasan atau pemikiran kepada orang lain dengan jelas
sesuai dengan yang dimaksudkan.
2.
Adanya saling kesefamanan antara komunikator dan komunikan dalam suatu
permasalahan, sehingga terhindar dari salah persepsi.
3.
Menjaga hubungan baik dan silaturrahmi dalam suatu persahabatan,
komunitas atau perkumpulan
Fungsi lainnya
yaitu :
1. Sebagai
informasi
2. Sebagai
sosialisasi
3. Sebagai
motivasi
4. Sebagai
perdebatan dan diskusi
5. Sebagai
pendidikan atau ilmu
6. Sebagai
hiburan
7. Memajukan
kehidupan
8. Sebagai
integrasi
http://utarianggraini.blogspot.com/2012/12/komunikasi-efektif.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar