Kita tidak dapat
memungkiri bahwasannya hidup di masyarakat memang tidak semudah membalik
telapak tangan. Di sana terdapat berbagai perbedaan yang dipengaruhi oleh
situasi geografis, ekonomis serta masalah politis. Salah satunya adalah
terjadinya pergolakan dan perubahan struktur masyarakat (social structure) yang
mengatur kedudukan dan peranan pelaku sosial sehingga tercipta masyarakat yang
seolah-olah bersap-sap dari atas ke bawah. Kalau kita amati maka pada setiap
kelompok masyarakat pasti ada beberapa orang yang dihormati dan terkadang ada
juga yang diremehkan keberadaannya. Akan tetapi masyarakat dunia sekarang ini
tidak henti-hentinya memperjuangkan kesamaan derajat, kelayakan martabat
manusia dan persamaan hak dalam mengusahakan kemajuan sosial. Oleh karena itu,
perlu penjelasan tentang pelapisan sosial dan persamaan derajat, elite dan
massa, baik dalam kegiatan maupun cita-cita atau hubungan antara keduanya. Agar
tercipta rekonstruksi masyarakat yang terhindar dari konflik dan kesenjangan
sosial yang menghambat laju pembangunan pada masyarakat tersebut.
Pelapisan Sosial
(Stratifikasi Sosial) Stratifikasi berasal dari kata ‘stratus’ yang artinya
lapisan, sehingga stratifikasi sosial berarti ‘lapisan masyarakat’. Sebab asasi
mengapa ada pelapisan sosial dalam masyarakat bukan saja karena ada perbedaan,
tetapi karena kemampuan manusia menilai perbedaan itu dengan menerapkan
berbagai kriteria yang biasanya dipakai untuk menggolong-golongkan anggota
masyarakat ke dalam suatu lapisan sosial, seperti: barang siapa yang mempunyai
kekayaan paling banyak, termasuk ke
dalam lapisan sosial tertentu. barang siapa yang memiliki kekuasaan atau
wewenang terbesar, menempati lapisan teratas. Orang yang palin disegani dan
dihormati, menduduki lapisan teratas.
Ukuran Sudah
tentu hal itu mengakibatkan segala macam usaha untuk mendapatkan gelar sarjana
walaupun dengan cara tidak halal. Ukuran di atas tidaklah bersifat liminatif
(terbatas) karena pada hakikatnya kriteria pelapisan sosial tergantung pada
sistem nilai yang dianut oleh anggota masyarakat yang bersangkutan.
Dalam kehidupan pada umumnya stratifikasi dibagi menjadi 2
(dua) golongan:
1. Stratifikasi Terbuka : Anggota
kelompok yang satu ada kemungkinan untuk berpindah ke
kelompok lain, artinya dapat
menurun ke kelompok yang lebih rendah atau sebaliknya. Contoh: kedudukan
presiden.
2. Stratifikasi Tertutup:
Kemungkinan pindah seorang anggota kelompok dari golongan satu ke golongan yang
lain kecil sekali, sebab didasarkan pada keturunan Contoh : anak dari keturunan
Brahmana akan tetap menjadi Brahmana dan sebaliknya golongan Sudra. B. Kelas
Status Sosial dan Kelompok Kedudukan sebagai Dimensi Pelapisan Sosial Karl Max
beranggapan, bahwa masyarakat dan kegiatannya pada dasarnya merupakan alat-alat
yang terorganisasi agar manusia dapat tetap hidup. Jadi kelas dalam hal ini
digunakan dalam rangka ekonomi, dan berada dalam pertentangan untuk berebut
kekuasaan. Pada prinsipnya kelas adalah menggolongkan manusia yang tidak terang
batas-batasnya dan hanya memperlihatkan sifat golongan.
Di sini lebih menitikberatkan keadaan milik
perseorangan daripada persekutuan atau tindakan bersama. Demikian Aristoteles
membedakan kelas kaya, menengah, dan kelas miskin. Ada lagi kelas tani, kelas
pekerja bebas, kelas pengusaha, dan sebagainya. Kedudukan berbeda dengan kelas.
Dalam setiap kelompok masyarakat setiap individu pasti memiliki kedudukan
sosial (status group) yaitu lapisan yang berdasarkan atas kehormatan masyarakat
dalam pergaulan hidupnya. Jadi, kelas dan kedudukan memiliki hubungan timbal-balik
yang erat karena status/kedudukan berasal dari kelas, dan dalam perkembangan
keduanya cenderung bersatu walaupun dapat dibedakan secara analitis.
Contoh:
Organisasi buruh tani atau pegawai pemerintah berusaha meningkatkan efisiensi
organisasinya, bersamaan dengan kegiatan memanipulasikan lambang-lambang
kedudukan atau status. C. Teori Fungsional Davis dan Moore (1945) melihat bahwa
pelapisan sosial mempunyai fungsi karena pelaku sosial dalam setiap masyarakat
perlu disebar dalam kedudukan dalam suatu pola masyarakat. Dalam
kedudukan-kedudukan tersebut pelaku sosial mempunyai tugas dan memperoleh
ganjaran dengan cara-cara tertentu. Perbedaan martabat disebabkan oleh 2 (dua)
faktor, yaitu:
1. Perbedaan pentingnya fungsi
kedudukan.
2. Perbedaan kelangkaan orang
yang dapat menempati kedudukan sehubungan dengan tuntutan peranan dari
kedudukan.
Sumber : tonnysandra.blogspot.com
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus